Masa Kejayaan Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu memiliki masa kejayaan ketika berdiri sama dengan beberapa kerajaan lainnya seperti Kerajaan Tidore. Kerajaan ini mencapai masa kejayaannya pada masa kepemimpinan Adityawarman dan pusat kekuasaan berada di hulu Batanghari.
Semasa kepemimpinan Raja Adityawarman, kerajaan ini banyak menghasilkan kerajinan dengan bahan dasar emas seperti kalung, arca, lempengan emas, dan lain sebagainya. Dari jual beli emas inilah kerajaan ini mencapai masa kejayaannya.
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
Salah satu pemimpin yang wajib diketahui adalah Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa karena ia merupakan pemimpin pertama dari kerajaan ini. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa memimpin pada tahun 1183 sampai dengan akhir 1285.
Menurut peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa merupakan salah satu raja dari Kerajaan Sriwijaya sebelum mengalami keruntuhan dan berubah menjadi Kerajaan Melayu. Bisa dikatakan Kerajaan Sriwijaya merupakan asal usul dari kerajaan ini.
Pada masa itu, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran hingga runtuh kemudian berdiri kembali dengan nama yang berbeda. Sehingga Raja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa tercatat jugas sebagai Raja Kerajaan Sriwijaya.
Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali
Kerajaan Melayu berdiri selama berabad-abad sebagaimana kerajaan lain seperti Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Gowa Tallo sehingga ada banyak raja yang memimpin. Salah satu raja yang memimpin kerajaan ini adalah Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali.
Raja Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali memimpin pada tahun 1347 sampai dengan 1375 Masehi. Pada masa kepemimpinannya pusat pemerintahan dipindahkan ke Pagaruyung.
Raja berikutnya adalah Ananggawarman yang memimpin pada tahun 1375 sampai dengan 1417 Masehi. Menurut peninggalan Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada datang ke kerajaan ini untuk menaklukan Nusantara.
Karena desakan dan serangan terus menerus datang dan menyerang, maka pada masa kepemimpinan Raja Ananggawarman sudah tidak bisa mempertahankan kedaulatan kerajaan ini. Sehingga Kerajaan Melayu mengalami keruntuhan.
Saat berjaya atau berdiri, banyak kerajaan yang meninggalkan peninggalan sejarah seperti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Sama halnya dengan Kerajaan Melayu, kerajaan ini juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang sampai saat ini digunakan sebagai sumber sejarah.
Prasasti Grahi-umilara blogspot-
Peninggalan pertama yang sampai saat ini masih bisa diakses adalah Prasasti Grahi. Prasasti ini mencatat peristiwa Raja Dharmasraya kepada Bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galamai untuk membuat sebuah arca Budha.
Dituliskan juga kemudian Bupati Grahi langsung melaksanakan perintah tersebut dengan mengirimkan Mraten Sri Nano untuk membuat sebuah arca Budha.
Prasasti Kuburajo-kompas-
Prasasti menjadi salah satu peninggalan yang paling sering dibuat seperti peninggalan Kerajaan Demak yang banyak berbentuk prasasti, kerajaan ini juga meninggalkan sebuah prasasti. Prasasti tersebut dinamakan Prasasti Kuburajo.
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1877 Masehi di Kubu Rajo, Sumatera Barat. Prasasti ini berisikan pujian kepada Raja Adityawarman yang membawa kerajaan ini menuju masa kejayaannya. Prasasti Kuburajo ditulis dalam Bahasa Sansekerta.
Prasasti Suruaso-dictio-
Prasasti Suruaso menjadi peninggalan selanjutnya dan berisikan mengenai cerita bahwa Raja Adityawarman sudah berhasil menyelesaikan pembangunan saluran air. Pembangunan saluran air ini sudah dimulai ketika raja sebelumnya yakni Srimat Sri Akarendrawan.
Prasasti Padang Roco
Prasasti Padang Roco-kompas-
Prasasti Padang Roco diperkirakan dibuat pada tahun 1286 Masehi dan ditemukan di Siguntur, Sumatera Barat. Prasasti ini menceritakan mengenai pengiriman sebuah arca yakni arca Amoghapasa. Arca ini merupakan hadiah dari Raja Singasari.
Arca Amoghapasa-republika-
Arca Amoghapasa juga termasuk menjadi peninggalan Kerajaan Singasari karena ini merupakan hadiah dari Kerajaan Singasari kepada Raja Melayu. Arca ini diberikan sebagai hadiah dan cerita mengenai pemindahannya dituliskan dalam Prasasti Padang Roco.
Kerajaan Melayu menjadi salah satu bukti kejayaan beberapa kerajaan di Nusantara pada masa lampau. Kerajaan ini pada masa kejayaanya menguasai seluruh Pulau Sumatra bahkan bisa memperluas kekuasaannya sampai ke Pulau Jawa.
Bukti kekuatan politik dan ekonomi kerajaan ini juga dibuktikan dengan banyaknya peninggalan sejarah yang ditinggalkan dan masih bisa diakses hingga saat ini. Meskipun kerajaan ini tinggal sejarah, namun ceritanya tetap menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
JAKARTA, iNewsPortalAceh.id - Kerajaan Aceh menjadi salah satu kesultanan populer yang berada di tanah Sumatera, selain Kerajaan Samudra Pasai.
Kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang dengan pengaruh yang signifikan dalam perdagangan, politik, dan kebudayaan di wilayah tersebut.
Daftar Balon Bupati, Pandi Sikel Merapat ke Partai Perindo Aceh Tenggara
Kerajaan Aceh diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-13 atau 14. Sementara puncak kejayaannya baru diraih pada abad ke-16 dan ke-17.
Salah satu faktor yang membuat Kerajaan Aceh begitu penting adalah posisinya sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan maritim.
Aceh memiliki pelabuhan yang strategis dan aktif dalam perdagangan rempah-rempah, terutama lada hitam.
Selain itu, wilayah Aceh juga menjadi pusat penyebaran Islam di Nusantara.
Kerajaan ini dikenal dengan dukungannya terhadap Islam dan peran para ulama dalam pemerintahan.
Kerajaan yang berada di ujung utara Pulau Sumatera, Indonesia, ini juga sempat memberi perlawanan pada Belanda pada abad ke-19 selama beberapa dekade.
Panglima TNI Mutasi dan Promosi Jabatan 38 Perwira Tinggi, Ini Daftar Lengkapnya
Sayangnya dalam perang ini Aceh harus takluk dan resmi menjadi bagian dari Hindia Belanda pada 1903. Daftar Nama Raja Kerajaan Aceh.
Sepanjang sejarahnya Kerajaan Aceh telah dipimpin oleh puluhan Raja, di mana yang paling populer adalah Sultan Iskandar Muda dan Sultan Iskandar Thani.
Berikut ini daftar nama-nama rajanya.
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
2. Sultan ‘Adilullah bin Munawwar Syah (1530-1540)
3. Sultan ‘Ali Ri’ayah Syah bin Munawwar Syah (1540)
Pindah Perahu, Mantan Ketua DPRK Aceh Tamiang 2 Periode Resmi Menjadi Caleg PAN
4. Sultan Salahuddin bin Ali Malik az Zahir (1540-1548)
5. Sultan Alauddin bin Ali Malik az Zahir (1537-1568)
6. Sultan Ali bin Alauddin Malik az Zahir (1568-1571)
7. Sultan Sri Alam (1575-1576)
8. Sultan Zainal Abidin ibn Abdullah (1576-1577)
9. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)
Partai Perindo Bener Meriah Daftarkan Bacaleg untuk Pileg 2024
10. Sultan Buyong (1589-1596 M)
11. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M)
12. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
13. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636 M)
14. Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)
15. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)
DPC Partai Gerindra Pidie Jaya Resmi Daftarkan Bacalegnya, 60 Persen Merupakan Kader Partai
16. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)
17. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)
18. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)
19. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)
20. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)
21. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)
22. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)
23. Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)
24. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)
25. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)
26. Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)
27. Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)
28. Sultan Sulaiman Syah (1785 M)
29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1824 M)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M).
Kerajaan Aceh telah dipimpin oleh puluhan Raja, di mana yang paling populer adalah Sultan Iskandar Muda dan Sultan Iskandar Thani. Foto/Antara
menjadi salah satu kesultanan populer yang berada di tanah Sumatera, selain Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang dengan pengaruh yang signifikan dalam perdagangan, politik, dan kebudayaan di wilayah tersebut.
Kerajaan Aceh diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-13 atau 14. Sementara puncak kejayaannya baru diraih pada abad ke-16 dan ke-17.
Salah satu faktor yang membuat Kerajaan Aceh begitu penting adalah posisinya sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan maritim. Aceh memiliki pelabuhan yang strategis dan aktif dalam perdagangan rempah-rempah, terutama lada hitam.
Selain itu, wilayah Aceh juga menjadi pusat penyebaran Islam di Nusantara. Kerajaan ini dikenal dengan dukungannya terhadap Islam dan peran para ulama dalam pemerintahan.
Kerajaan yang berada di ujung utara Pulau Sumatera, Indonesia, ini juga sempat memberi perlawanan pada Belanda pada abad ke-19 selama beberapa dekade. Sayangnya dalam perang ini Aceh harus takluk dan resmi menjadi bagian dari Hindia Belanda pada 1903.
DailySports.ID - Kerajaan Melayu menjadi salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara. Kerajaan yang satu ini masuk pada peradaban awal kerajaan di Nusantara. Menurut catatan sejarah, kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra.
Informasi yang tepat tentang kerajaan ini akan dibahas lengkap di artikel ini. Mulai dari sejarah, nama-nama rajanya, peninggalan sejarah hingga masa kejayaannya. Kamu bisa menemukan jawaban mengenai kerajaan kuno yang satu ini sebagai salah satu kerajaan yang ada di Nusantara.
Sejarah Kerajaan Melayu Singkat dan Lengkap
Sejarah Kerajaan Melayu-voi-
Berdasarkan dari beberapa peninggalan sejarah, kerajaan yang satu ini disebutkan terletak di Sumatra yang dulunya dikenal dengan Pulau Swarnabumi atau Swarnadwipa. Kerajaan ini memiliki corak agama Hindu dan Budha.
Diceritakan bahwa kerajaan ini memiliki tiga periode kejayaan yang menjadi cikal bakal kehidupan manusia di Pulau Sumatra. Tiga periode itu adalah periode pertama pada abad ke 7 Masehi yang berpusat di Minanga.
Periode kedua pada abad ke 13 Masehi dengan pusat kerajaan di Dharmasraya. Terakhir, periode ketiga pada abad ke 15 Masehi dengan pusat pemerintahan di Suruaso atau Pagaruyung. Pada zaman dahulu, kerajaan ini memiliki hubungan dengan Dinasti Tang dari Cina.
Sehingga banyak sumber sejarah mengenai kerajaan ini yang dituliskan dalam berita Cina. Salah satu catatan pendeta Cina yang bernama I-Tsing juga menuliskan bahwa kerajaan ini pernah ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7 Masehi yakni tepatnya pada tahun 692 Masehi.
Kemudian setelah ditaklukan tidak ada catatan sejarah apapun dan baru muncul kembali pada abad ke 13. Pada abad tersebut kerajaan ini mengalami kebangkitan dengan pusat kejayaan di Dharmasraya. Setelah itu kerajaan ini memerankan peran penting pada peradaban Pulau Sumatra.
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
Raja yang akan dibahas berikutnya adalah Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa yang memimpin pada tahun 1286 hingga 1316 Masehi. Selama masa kepemimpinan Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa kerajaan ini bisa memperluas kekuasaanya.
Bahkan, Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa selama masa kepemimpinannya bisa memperluas kekuasaan hingga masuk ke Pulau Jawa. Cerita mengenai kepemimpinan Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa dibahas dalam Prasasti Padang Roco.
Raja selanjutnya adalah Akarendrawarman yang memimpin pada tahun 1316 sampai dengan 1347 Masehi. Selama masa pemerintahan Raja Akarendrawarman, letak pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan dari Dharmasraya ke Suruaso.
Selama masa kepemimpinan Raja Akarendrawarman banyak pembangunan infrastruktur untuk semakin memajukan pertanian salah satunya membangun saluran pengairan. Saluran pengairan ini sangat bermanfaat bagi keberhasilan pertanian masyarakat.
Sektor pertanian pada masa itu menjadi aspek penting untuk perekonomian masyarakat. Namun, hingga menyelesaikan masa kepemimpinannya, pembangunan saluran air ini belum selesai hingga akhirnya diselesaikan oleh raja berikutnya yakni Raja Adityawarman.
Nama Raja-Raja Kerajaan Melayu
Selain membahas mengenai seorang Raja yang membawa kerajaannya mencapai masa kejayaan, tentunya masih ada beberapa raja lainnya dari kerajaan ini yang wajib dibahas dan diketahui. Berikut pembahasan lengkapnya.
Daftar Nama Raja Kerajaan Aceh
Sepanjang sejarahnya Kerajaan Aceh telah dipimpin oleh puluhan Raja, di mana yang paling populer adalah Sultan Iskandar Muda dan Sultan Iskandar Thani. Berikut ini daftar nama-nama rajanya.
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
2. Sultan ‘Adilullah bin Munawwar Syah (1530-1540)
3. Sultan ‘Ali Ri’ayah Syah bin Munawwar Syah (1540)
4. Sultan Salahuddin bin Ali Malik az Zahir (1540-1548)
5. Sultan Alauddin bin Ali Malik az Zahir (1537-1568)
6. Sultan Ali bin Alauddin Malik az Zahir (1568-1571)
7. Sultan Sri Alam (1575-1576)
8. Sultan Zainal Abidin ibn Abdullah (1576-1577)
9. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)
10. Sultan Buyong (1589-1596 M)
11. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M)
12. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
13. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636 M)
14. Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)
15. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)
16. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)
17. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)
18. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)
19. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)
20. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)
21. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)
22. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)
23. Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)
24. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)
25. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)
26. Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)
27. Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)
28. Sultan Sulaiman Syah (1785 M)
29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1824 M)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)